Jumat, 30 Desember 2016

"Heran ϑαn Lucunya Kampungku"

Kampungku memang bukan kampung terkenal, apalagi kampung metropolitan. Tapi juga bukan lantas kampung tertinggal. 

Kampungku hanya sebatas kampung sebagaimana kampung yang lain pada umumnya, kampung yang berada dipelosok ϑαn hanya terdiri dari beberapa RW ϑαn RT saja. Aku kagum sekaligus bangga dengan pesona pedesaannya, kagum dengan renya riang penduduknya, kagum pula dengan keberagamannya.
Tapi dibalik kekagumanku, terselip juga perasaan "Heran ϑαn Gak Habis Pikir".
Kenapa...?
Disaat kampung-kampung lain sudah membahas tentang dunia digital, smartphone, internet ϑαn canggihnya suatu teknologi, sementara kampungku baru sampai ke level "Gagal Paham", atau bisa juga masuk kategori "Lebay Gak Ketulungan".

Dalam suatu perkampungan, sudah tentu banyak "Rumah" yang bisa saja satu rumah dihuni beberapa "Kepala keluarga". Baik "Rumah" ataupun "Kepala Keluarga", sudah barang tentu punya beberapa atau mungkin juga banyak aturan yang menjadikan mereka sebagai pagar, batasan dan menjadi bagian untuk dipatuhi oleh tiap-tiap anggota keluarga masing-masing.
Di tiap-tiap "Rumah", masing-masing punya aturan yang mungkin sama, dan mungkin juga berbeda dari "Rumah" tetangga sekitar. Pun demikian mereka pasti juga punya wewenang untuk menerapkan aturan main mereka sendiri, yang aturan tersebut sudah terangkum dalam aturan yang bersifat mendasar baik ditingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi juga Negara. Mereka memberlakukan aturan yang sudah ada, tanpa harus mencampuri atau bahkan sengaja ikut mencampuri urusan "Peraturan" dari "Kepala Keluarga" yang lain.

Namun yang lucunya...
Ketika ada satu "Keluarga" menerapkan suatu aturan, memberi pemahaman tentang aturan, yang aturan tersebut diberlakukan didalam "Rumahnya Sendiri" untuk "Anggota Keluarganya Sendiri", lantas timbul masalah, yang mana "Kepala Keluarga" tersebut dinilai telah mengolok-olok ϑαn menghina "Tetangga Lain" ϑαn mereka merasa tersakiti dengan aturan main "Keluarga Tersebut", bahkan sampai melaporkan kepada pihak berwajib, karena dinilai telah menodai ϑαn menghina aturan main dari "Keluarga Lain".

□ Ilmuan di kampungku yang mengamati tentang suara katak, "Teot Tek Blung" mengatakan ; "Urusanku yo urusanku. Jangan ngurusi urusanku, toh aku juga tidak mencampuri urusanmu".
□ Dukun pijat di kampung mengatakan ; "Yang aku pijat ini kaki si A, kenapa si B, si C ϑαn si D ikut komentar. Mau aku apakan kaki si A ini, kan itu urusan ku. Toh anak ϑαn keluarga si A pun tidak merasa ternodai".
□ Insiyur pertanian di kampungku bagian "Penanaman Kangkung" mengatakan ; "Aku berjalan diatas jalur yang sudah menjadi dasar landasan hidupku. Anda tersinggung ato tidak, itu bukan masalah bagiku (karena aku memberlakukan semua aturan itu, dari apa yang aku yakini), toh aku menulis, memasang ϑαn mengumumkan atas prinsip ϑαn aturanku pun di dalam "Rumahku Sendiri", untuk "Anggota Keluargaku" sendiri.


Heran ϑαn Lucunya Kampungku. Bagaimana dengan Kampung Anda...?!?!



http://m.facebook.com/arvin.badar
http://arvinbadarsyabikin.blogspot.com/
@arvinbadar®  ϑαn @AB_Story® :::...


Tidak ada komentar: